Jika Engkau Cerdas Ingatlah Kematian
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasulullah.Rasulullah bersabda,
أكثروا ذكر هادم اللذات : الموت
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan: (yaitu) kematian” [1].Orang yang Cerdas = Yang Mengingat Kematian
Seorang yang cerdas tentu
tidak akan terlena dengan kehidupan dunia karena dia sadar dunia ini fana dan
hanya sementara. Dia tidak akan terlena dengan gemerlapnya dunia dan segala apa
yang ada di dalamnya. Sebaliknya ia akan senantiasa ingat akhirat, tempat
tinggalnya yang abadi kelak. Dengan demikian seorang yang cerdas maka ia akan
selalu ingat kematian. Ibnu Umar berkata,
كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَسَلَّمَ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» ، قَالَ: فَأَيُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا،
وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
“Suatu ketika saya pernah
bersama Rasulullah lalu datanglah seorang laki-laki dari kaum Anshor. Dia mengucapkan
salam kepada Nabi shallallahu ‘alahi wasallam lalu bertanya, “Wahai
Rasulullah, muslim manakah yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Yaitu
yang paling baik akhlaqnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu muslim manakah
yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab, “Yang paling
banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk
kehidupan yang berikutnya (setelah kematian). Mereka itulah orang-orang yang
cerdas” [2].
Betapa banyak kita dapati
orang-orang yang ‘tidak cerdas’. Dia tahu bahwa dirinya akan
meninggalkan dunia ini tetapi ia kejar dunia ini mati-matian. Dia tahu bahwa
dirinya akan menghadapi kehidupan akhirat tetapi ia lalai mempersiapkan bekal
untuknya. Hal ini tidak lain karena dia lalai mengingat kematian.
Perkataan Salaf Seputar Kematian
Hasan Al Basri rahimahullah
mengatakan, “Kematian telah menghinakan dunia. Tidaklah tersisa orang yang
berdiam padanya rasa gembira. Tidaklah seorang hamba hatinya senantiasa
mengingat kematian kecuali ia akan mengecilkan dunia dan menganggap remeh segala
apa yang ada padanya”.
Syamith bin Ajlan mengatakan, “Barangsiapa
menjadikan kematian di depan pandangan matanya maka ia tidak akan perduli
dengan sempit atau luasnya dunia”.
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Jika (engkau) mengingat orang-orang yang telah mati maka anggaplah dirimu
salah satu dari mereka”.
Hendaknya kita sesekali masuk kuburan untuk
mengingat kematian. Dengan mengingat kematian, hati kita tidak akan terikat
dengan di dunia. Kita harus yakin bahwa kita akan berpisah dengan dunia ini dan
segala apa yang kita cintai di dalamnya.
Jangan Berpanjang Angan
Jangan berpanjang angan-angan
bahwa kematian masih lama menghampiri kita. Tidakkah kita sering meyaksikan
seorang pemuda yang badannya segar bugar tiba-tiba meninggal dunia. Seorang yang
badanya sehat wal afiyat dipagi hari tiba-tiba sorenya menjadi mayat yang
terbujur kaku. Kematian bisa datang kapan saja. Hendaknya kita senantiasa
bersiap untuk menghadapinya. Ingatlah kita di dunia ini hanya sementara dan
kita harus menyiapkan bekal untuk kehidupan setelahnya. Diriwayatkan dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, dia berkata,
أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم
بمنكبي رضي الله عنه فقال – كن في الدنيا كأنك غريب , أو عابر سبيل – وكان ابن عمر
رضي الله عنه يقول ” إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء وخذ
من صحتك لمرضك ومن حياتك لمماتك
“Suatu saat Rasulullah
memengang pundak saya, lalu beliau bersabda, “Jadilah di dunia ini seperti
orang asing atau penyeberang jalan”. Ibnu Umar mengatakan, “Jika kamu di
waktu sore maka jangan menunggu waktu subuh, jika kamu di waktu subuh jangan
menunggu waktu sore. Gunakanlah kesehatanmu untuk masa sakitmu, gunakan
kehidupanmu untuk kematianmu.” [3]
Ingatlah kematian dan jangan
berpanjang angan! Seorang yang mengingat kematian tentu takut untuk berbuat
maksiat. Bagaimana ia berbuat maksiat padahal dia sadar bisa jadi ia mati
setelah itu atau bahkan pada saat itu juga. Seorang yang mengingat kematian
tidak akan bosan dengan ibadah/amal yang dia lakukan. Dia akan berusaha
memperbagus setiap ibadah/amal yang lakukan karena dia sadar bisa jadi itu
adalah ibadah/amal terakhir sebelum kematiannya.
Terakhir, mari kita simak
kisah menarik dari salafus saleh berikut ini tentang berpanjang angan. Dari
Muhammad bin Abi Taubah, dia berkata, Ma’ruf (mengumadangkan) iqamat untuk
sholat lalu berkata kepadaku, “Majulah (menjadi imam)!” Maka saya berkata,
“Jika saya mengimami kalian kali ini maka saya tidak (bersedia) lagi mengimami
lain kali.” Ma’ruf pun berkata, “Apakah jiwamu membisikkan bahwa kamu akan (dapat)
shalat lagi? Kita berlindung kepada Allah dari berpanjang angan , sesungguhnya
hal itu menghalagi dari amal yang terbaik.”
Disarikan dari Mukhtashor Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah al Maqdisi
rahimahullah. —
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 20 Dzulqa’dah 1434 H.
www.ukhuwahislamiah.com
Catatan:
[1] HR Tirmidzi dan Nasa’I dari sahabat Abu Hurairah. Dishahihkan Ibnu Majah
[2] HR Ibnu Majah 4259. Dihasankan syaikh Albani
[3] HR Bukhari
Video yang dapat dijadikan Renungan :
Semoga bermanfaat untuk Pembaca dan Penulis juga.
* aamiin.
* aamiin.
Sumber Info :
0 komentar:
Posting Komentar